Desember 28, 2009

mengapa pekerja infotainment sering nekad berburu artis?

Jika anda adalah salah satu dari sekian banyak pemersa TV yang rajin menonton adegan yang memperlihatkan para pekerja infotainment mengejar para artis untuk di wawancarai, mungkin anda akan merasa heran.

Keheranan tsb terkait dengan beberapa hal seperti adanya kesan betapa para pekerja infotainment itu seperti memaksa untuk mengadakan wawancara terhadap artis yang pada saat itu sebenarnya tidak bersedia untuk diwawancarai.

Hak privasi dan kebebasan para artis itu pun seperti diganggu oleh para pekerja infotainment yang sering memburu mereka. Lebih dari itu jika artis yang bersangkutan tidak ada di rumah karena kesibukan tertentu atau mungkin juga karena menghindar, para pekerja infotainment itu tetap menunggunya hingga larut malam bahkan hingga pagi hari.

Seperti telah pernah diberitakan sebelumnya beberapa artis dan tokoh masyarakat seperti Aa Gym bukan saja merasa terganggu dengan kedatangan para pekerja infotainment tsb tapi juga sampai tidak dapat menahan kemarahannya kepada para pekerja infotainment ini.

Anehnya walaupun para pekerja infotainment sudah sering kali mengalami konflik dengan para artis dan tokoh masyarakat, bahkan para ulama sudah mengatakan kalau liputan gosip infotainment ini hukumnya haram, mereka tetap saja nekad menjalankan perkerjaannya dengan cara-cara seperti itu. Apa sebabnya ?

PEKERJAANNYA SEPERTI MENGEJAR SETORAN

Seorang pekerja infotainment yang bekerja di sebuah rumah produksi (PH), ketika diwawancarai oleh Detik.com menerangkan tentang liku-liku pekerjaannya. Dari keterangan tsb kita semua sedikit banyaknya akan bisa memahami, mengapa para pekerja infotainment itu sering nekad dan terkesan seperti memaksa ketika mewawancarai artis.

Dari keterangan tsb terungkaplah bahwa pekerja infotainment bekerja di bawah tekanan (under pressure), karena mengejar target yang dibebani bos mereka dalam waktu yang singkat, di samping juga harus bersaing dengan pekerja infotainment dari PH yang lain. Lebih detailnya para perkeja infotainment itu bekerja di bawah tekanan karena pola kerja sbb:

Program infotainment tayang setiap hari, akibatnya mereka sering pulang larut malam, bahkan sering tidak bisa libur. Kalau dapat libur itu pun tidak menentu.

Saat sedang sedang off (libur) mereka harus siap jika ada telepon dari kantor untuk mengejar artis tertentu.

Tidak jarang mereka harus menggarap dua tayangan sekaligus yang digarap perusahan.

Mereka harus rela menanti hingga larut malam hingga pagi hari untuk bisa meminta komentar atau tanggapan dari artis yang diburu terutama artis yang sedang terlibat kasus tertentu seperti kasus criminal, perceraian, kawin siri, dll.

Di samping mendapat keterangan dari artis yang diburu, hal yang lebih sulit adalah mereka harus bersaing untuk bisa mendapat gambar artis ybs. Tidak jarang hal ini menimbulkan konflik dengan artis ybs.

Semua tekanan yang mereka dapatkan dari pekerjaan tsb termasuk tekanan akibat konflik dengan para artis harus mereka hadapi terus, karena menurut pendapat mereka, “lebih baik di maki artis daripada disemprot bos.

Kalau dipikir-pikir, tampaknya tugas para pekerjaan infotainment ini ada kemiripan dengan supir metromini yang sering membawa kendaraannya dengan seruduk sana seruduk sini tanpa memikirkan kenyamanan orang lain, karena mengejar setoran yang ditargetkan oleh bos mereka.[Mas Abdi]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar