September 26, 2009

lagi, tv one dan metro tv

Ini pernak-pernik media watch pekan yang lalu. Ada yang sangat menjengkelkan dalam Metro Hari Ini, Jumat yang lalu. Sebelum update kabar-kabar terbaru seputar bom Mega Kuningan, Kania Sutisnawinata membuka percakapan dengan reporter at large Nurudin Lazuardi (apa ya terjemahan reporter at large: reporter lepas atau reporter kabur?) dengan pertanyaan: apa kabar terkini? Lazuardi menjawab: Kita mendapatkan identitas siapa Mr. X pelaku bom bunuh diri. Yang dimaksudkan Lazuardi adalah identitas orang yang diduga pelaku bom bunuh diri di Marriott. Terus terang saya terkesima. Hebat sekali Metro mendapatkan identitas pengebom.

Saya panteng terus Metro, adzan maghrib tidak saya pedulikan. Dan penjelasan Lazuardi (setelah berkali-kali dipotong iklan) sangat mengecewakan. Lazuardi "berhasil" melakukan tracking terhadap pengebom Marriott dari sopir taksi yang membawa orang yang diduga pengebom itu ke Marriott. Atas dasar keterangan sopir taksi dan juga keterangan anggota security Marriott yang sempat berdialog dengan Mr. X, maka Lazuardi dengan "gemilang" berhasil menyimpulkan bahwa Mr. X itu adalah orang Indonesia. Tak lebih dari ini kesimpulannya. Memang ada dugaan sebelumnya Mr. X bukan orang Indonesia karena tinggi badannya antara 180-190 cm. Tetapi, kata Lazuardi, keterangan sopir taksi dan security bahwa Mr. X fasih berbahasa Indonesia, menyimpulkan bahwa Mr. X orang Indonesia. Sekali lagi, tak lebih dari itu temuan Lazuardi dan Metro hari itu: Mr. X orang Indonesia. Inilah yang dimaksud dengan identitas itu. Mbok yao...

Setelah kecewa dengan Metro saya pindahkan ke TV One. Di Mega Kuningan ada Grace Natalie dan Ecep S. Yasa dan di studio dipandu oleh Rahma Sarita dan seorang lagi yang saya lupa namanya (nama penyiar laki-laki sering tidak saya ingat). Lagi-lagi di sini saya terkesima. TV One menampikan foto close-up Arina dan Tuti dan memberi keterangan sebagai istri dan mertua Noordin M Top. Etiskah foto mereka dipajang? Ada beberapa hal. Pertama, belum dapat dipastikan bahwa suami Arina adalah Noordin. Berdasarkan keterangan Arina, suaminya yang mengaku bernama Ade Abdul Halim mempunyai postur yang berbeda dengan Noordin. Kedua, saya khawatir Arina adalah korban dari ayahnya sendiri (Baridin, yang sekarang buron). Apakah Arina menikah dengan laki-laki misterius itu atas paksaan ayahnya? Faktanya Arina tiba-tiba dipanggil pulang dari Jogja dan dinikahkah begitu saja di kampung halamannya di Cilacap. Kita khawatir Arina dan ibunya hanyalah korban, tetapi TV One sudah memberi label kepada mereka sebagai istri dan mertua teroris.

Dengan bangga Ecep S. Yasa mengatakan bahwa ia juga mempunyai foto dua anak Arina. Tapi, katanya, tidak etis menampilkannya di layar kaca. Lho, bukannya memajang ibu dan nenek dua bocah ini dengan label istri dan mertua Noordin, juga tidak etis? Kejengkelan saya bertambah ketika Rahma salah ucap dengan mengatakan anak Arina ikut ditangkap polisi. Tentu saja "ditangkap" bukan kata yang tepat (Arina dan ibunya dijemput polisi untuk dimintai keterangan dan kedua anak Arina, demi keamanan ikut dengan ibunya). Aneh, crew TV One gemar memakai kata "ditangkap". Dulu, reporter Paramitha Soemantri menyebut Burhanudin Abdullah "ditangkap KPK". Seharusnya ditahan KPK. (BTW saya pernah kesengsem sama Rahma. Kok sekarang sering blunder dan provokatif ya? Terus terang jadi ilfil :)) [Orang Marginal, politikana.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar