Oktober 14, 2009

duka ranah minang: tv one vs metro tv

Pemberitaan dan pengungkapan informasi seputar peristiwa ‘Perang Global Pemerintah Indonesia terhadap Terorisme’ yang ditayangkan melalui media tivi, bagi sebagian besar pemirsa, tak dapat terhindarkan, harus diakui, TV ONE adalah jawaranya dibandingkan dengan saluran stasiun tivi pesaingnya.

Harus diakui, TV ONE menayangankannya dengan relatif sangat detail, dilengkapi info aktual, diiringi nuansa spirit yang penuh semangat, narasi yang menggugah sekaligus menyentuh, dilengkapi dengan tambahan pernak-pernik kisah-kisah dramatis yang ada dibalik peristiwa kasat matanya.

Paling tidak begitulah yang dirasakan oleh sebagian kalangan. Hasilnya, entah berkorelasi langsung atau tak langsung, turut menggugah kesadarannya mayoritas rakyat Indonesia untuk mewaspadai gerak-geriknya mereka-mereka yang ber-jenggot, ber-celana ngatung, ber-jidat dengan noktah hitam, ber-surban, ber-gamis, serta perempuan-perempuan ber-wajah tertutup cadar.

Di masa depan, entah akan berlangusng sampai berapa puluh tahun ke depan, mereka yang ber-jenggot, ber-celana ngatung, ber-jidat dengan noktah hitam, ber-surban, ber-gamis, serta perempuan-perempuan ber-wajah tertutup cadar, sangat bisa jadi akan termarjinalkan dari pergaulan sosial di masyarakat sekitarnya.

Saat ini, lagi hangat-hangatnya tragedi gempa bumi di Ranah Minang, wilayah Sumatera Barat lalu disusul dengan guncangan serupa di wilayah Jambi.

Tingkat kedahsyatannya daya rusaknya, maupun korban yang terjadi ditanah tempat kelahiran Muhammad Hatta dan Buya Hamka ini memang masih kalah jauh dibandingkan dengan kedahsyatan dan kerusakan akibat bencana yang pada waktu lalu pernah terjadi di Serambi Makkah, Aceh.

Akan tetapi, relatif lebih dahsyat dan lebih massif tingkat kerusakannya jika dibandingkan dengan bencana gempa bumi serupa yang pernah menimpa wilayah tlatah Kasultanan Ngayogyokarto Hadiningrat.

Pada waktu bencana Aceh, tak dapat dipungkiri, METRO TV merupakan stasiun tivi yang berada di garda paling depan dalam menayangkan dan menungungkap serta menginformasikan info akual dengan sangat detail, dilengkapi dengan tambahan pernak-pernik kisah-kisah dramatis yang ada dibalik peristiwa bencana itu, diiringi nuansa spirit penuh semangat penggugah empati dan simpati dengan narasi yang menggugah sekaligus menyentuh kalbu sanubarinya pemirsanya.

Hasilnya, banjir simpati dan empati, mungkin selama seabad ke depan, mayoritas rakyat Indonesia bahkan masyarakat dunia masih akan mengalir bagi rakyat Aceh yang lagi dirudung duka.

Di masa depan, entah akan berlangsung sampai berapa abad ke depan, mayoritas masyarakat Indonesia akan terkenang betada ngerinya kedahsyatan bencana tsunami yang pernah terjadi di Serambi Makkah itu.

Memang begitulah peran vital dan kedigdayaan serta kestrategisan dari peran media televisi yang sangat efektif dalam menggugah kesadaran masyarakat, membangkitkan empati dan simpati masyarakat, membentuk opini masyarakat, termasuk menanamkan memori serta mengeset mainstream cara pandang masyarakat.

Kita tunggu saja peran media televisi dalam bencana gempa bumi di Ranah Minang ini. Kita tunggu kiprah TV ONE dan Metro TV, serta stasiun televisi lainnya.

Akankah termarjinalkan seperti pemberitaan peristiwa gempa bumi yang terjadi di wilayah dengan sebutan kota seribu pesantren, Tasikmalaya, yang terjadi pada beberapa waktu lalu, yang sekarang mulai terlupakan.

Semoga TV ONE dalam Duka Ranah Minang ini mampu mengulangi kehebatan kiprah dan prestasi serta semangatnya menyamai saat menayangkan peristiwa ‘Perang Global Pemerintah Indonesia terhadap Terorisme Islam’, dan semoga demikian pula dengan METRO TV yang sepak terjangnya akan sehebat kiprahnya sewaktu peristiwa ‘Tsunami Serambi Mekkah, Nanggroe Aceh Darussalam’.

Wallahualambishsawab.[bocah ndeso]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar