Oktober 31, 2009

last man standing in liputan 6 sctv


Hari ini tanggal 31 Oktober merupakan hari bersejarah bagi saya dan kurang lebih 120 karyawan SCTV yang resmi mengundurkan diri secara massal. Sebuah skenario yang telah dirancang dua atau tiga tahun lalu saat jajaran kepemilikan Stasiun TV swasta nomor 2 terbesar di Indonesia.

PHK dengan model di pensiun dini atau pengajuan mengundurkan diri. Setelah melalui proses satu bulan perdebatan dan perkelahian mental di perusahaan , saya harus menerima kenyataan dan memilih meninggalkan lokasi kerja yang selama ini saya cintai dan ikut mendirikan bata demi bata hingga besar menjadi sebuah raksasa media TV di Indonesia. Tidak ada banyangan sama sekali saya harus meninggalkan tempat yang begitu awalnya nyaman, menantang dan kreatif. Saat saya bergabung di periode 96 dulu di IWI, Liputan 6 masih menjadi bayi dan diasuh oleh Ibunya Suminta Tobing, yang berjuang melawan kebesaran kakak SCTV yakni RCTI. Dari bayang bayang Seputar Indonesia akhirnya mampu meledak menjadi sebuah Ikon Jurnalisme TV yang baru di era 1998.

Saya telah bergabung kembali saat kerusuhan Mei meledak dan menghancurkan tatanan demokrasi ala Orde Baru. Kenangan yang sangat indah kepada teman teman sekantor tertanam di sanubari saya yang menjadikan alasan saya bertahan di Liputan 6 , sebuah logo emas yang saya sempat abadikan ketika di Hongkong , para konglomerat Asia melihat SCTV adalah merk terbaik dari media televisi. Kebanggan saya sudah pernah mengawali stasiun ini. Kekerabatan , semangat kebersamaan, dan perjuangan keras atas loyalitas, jurnalisme adalah yang tertanam pada saya dan rekan rekan di stasiun ini. Setidaknya jiwa saya sepenuhnya hanya melihat Liputan adalah tempat terbaik saya mengabdi kepada dunia jurnalis.

Saya tidak pernah berpikir tentang jabatan atau karir saya di liputan 6 meskipun situasi dan kondisi mulai berubah drastis. Saat SCTV dan Liputan 6 sudah berkembang besar dan menuai kekayaan yang amat luar biasa. Gaji sudah tidak saya pikirkan 5 tahun lalu , tidaklah besar buat saya gaji waktu itu dibanding selevel saya lainnya. Namun Spirit the Corps lah yang menghidupi saya.

Apakah mungkin kebodohan saya tidak mampu membaca situasi waktu itu , mungkin saya sadari sekarang. Perubahan drastis mentalitas teman teman sekantor berubah saat satu persatu orang hebat diliputan 6 meninggalkan perahu, dari Ibu Ita, Mas Riza, hingga datangnya Karni Ilyas. Semua jalan berubah dan situasi berubah, semua yang baru datang menjadi dewa dan penikmat Liputan 6.

Kekayaan yang besar bagi SCTV telah merubah mentalitas karyawannya dari solidaritas menjadi pencari emas (maaf) merasa sebagai penyelamat dan pembangunnya. Saya hanya bisa mengikuti irama pergolakan demi pergolakan antar teman yang menjadi pejabat itu dan pejabat ini hingga akhirnya masa itu berakhir di gedung Senayan City. Seterusnya terjadilah apa yang sudah menjadi tradisi di Liputan 6, menjadi pecundang atau menjadi amtenar atau juragan. Liputan 6 seperti sebuah tempat terkutuk seperti yang pernah dijargonkan oleh para pendirinya The Jungle. Welcome to the jungle adalah ucapan selamat datang bergabung diLiputan 6.

Memang tidak terbayangkan sebelumnya masa sepuluh tahun lalu menjadi seperti sekarang ini. Saya sudah berusaha menyakinkan teman teman agar tim spirit 98 menjadi pegangan untuk kejayaan Liputan 6, tapi gagal karena sikon yang semakin membentuk sikap individualis dan menang sendiri. Sebuah tim akan gagal dan hancur akibat tidak memiliki spirit yang sama, tidak adanya kerelaan, pengorbanan, kedisiplinan, persaudaraan, kesetiaan , kritis dan saling mengingatkan.

Saya teringat ketika Ira Koesno menanyakan kenapa masih bertahan dan lulus dari kegilaan di Liputan 6 waktu itu. Hahaha saya hanya menjawab saya ingin menjadi the last man standing in liputan 6. Dan jadilah saya seperti sekarang ini benar benar mengalami proses yang sangat menyakitkan sekali. Tidak ada seorangpun yang membayangkan dan enjoy saat keluar dari tempat yang dicintai. Mungkin puluhan alumnus dahulu sama mengalami proses alienalisasi seperti saya. Tidak di hargai, tidak di hormati dan tidak dilagi di sahabati oleh temen temen yang ada. Saya mengalami hal serupa.

Pertempuran di liputan 6 ternyata lebih dasyat daripada saat saya memanggul kamera , atau terjun dari helikopter menuju lokasi pengungsian di Meulaboh. Mentalitas tercabik cabik dan unhappy. Tapi inilah kenyataan di SCTV dengan pemilik barunya.

Mendirikan kembali tenda SP SCTV mungkin akan menyelamatkan situasi dan kondisi mental kawan kawan di SCTV dan Liputan 6, tapi itupun seperti nasib para perintis dahulu dirobohkan angin besar dan tangan teman sendiri. Tapi tak apalah, pengalaman besar selama 13 tahun di SCTV dan Liputan 6 memang menempa saya menjadi orang yang harus realistis, dan sabar, bahkan harus menerima semua kenyataan pahit sebagai seorang jurnalis indonesia. Hard works underpayment and be proletar.

Faktor situasi dan kondisilah dua tahun ini yang harus menjadikan saya berpikir revolutif. Tempat ini telah menjadi toxic area dan menjadikan saya toxicist juga. Sudah tidak welcome lagi untuk saya bekerja

Pemilik tidak menghendaki lagi dan memiliki hak untuk membersihkan dan membawa kapal SCTV berlayar kemana. Pemilik baru berhak menentukan direction dan destinasi kapal SCTV mau kemana, saya harus loncat dan tinggalkan kapal karena sudah tidak seiman lagi.

Ranjau udah dipetakan dan sosok sudah di perjelas siapa, dan bagaimana masa depan sudah mulai terjelaskan. Saya sudah tidak cocok lagi dan tidak bisa lagi berkembang di kapal kehidupan itu. Memutuskan meninggalkan biduk ini adalah keputusan pribadi yang penuh gejolak dan gambling yang besar. Keputusan revolusioner saat dunia kerja tengah lesu, meninggalkan gaji dan kemewahan dari Liputan6 dan SCTV yang tengah kaya raya dari tv yang lain.

Tidak perlu saya sesali kembali apa yang telah terjadi, seperti halnya nasihat nasihat Islami yang telah saya dalami, tidak ada kehidupan di dunia tanpa diperjuangkan dan di jalani, Allah SWT mengiringi manusia dikondisi apapun, marah, miskin, kaya, hura hura, atau maksiatpun , Allah terus memberkahi manusia seperti saya meskipun jarang berterima kasih kepadaNYa.

Penggalan catatan ini adalah buat teman teman di SCTV dan Liputan 6 yang masih bertahan. Semoga kehidupan kapal dimasa datang lebih baik, dan lebih menyenangkan dari 10 tahun lalu atau saat saya meninggalkan kapal ini di 2009. Jagalah selalu persaudaraan dan ukuwah antar teman, tidak ada keberhasilan tanpa kekompakan dari satu sama lain. Pengorbanan dan kerelaan adalah wilayah yang selalu dijaga bila tempat bekerja menjadi tempat menyenangkan.
Leburkan kemarahan , dendam dan permusuhan di antara kita baik saya yang sudah keluar atau temen teman yang masih tinggal.

Maafkan saya atas kesalahan dan perilaku buruk yang mungkin teman teman rasakan , dan maafkan saya tidak lagi mendamping perjuangan temen teman yang masih setia di SP SCTV. Pertahankan idealisme kita meskipun kenyataan pahit harus ditelan.

Selamatkan layar demi para pemirsa setiamu meskipun tidak memuaskannya. Lebih baik meminum tiga gelas sehari daripada memiliki satu drum air tanpa bisa diminum hhahahahahahaha. Good bye friend, May Allah Be With You.........frans ambudi melaporkan dari Dunia facebook 747. [FRANS AMBUDI -- 30/10/2009]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar