April 09, 2010

[copas] TVOne Membohongi Publik?

Semua orang pasti kaget membaca berita ini. TVOne, Sebuah stasion TV berita tega melakukan rekayasa dalam tayangan unggulannya, Apa Kabar Indonesia. TVOne telah mebohongi publik?

Membayar narasumber Rp 1,5 juta, hanya untuk mengaku sebagai seorang Markus, sungguh sebuah upaya membohongi publik. Pemirsa akan terkesan betapa hebatnya stasion TV itu, dalam waktu yang singkat bisa membuka praktik makelar kasus, langsung dari pelakunya. Nara sumber bisa berbicara secara blak-blakan, perilaku Markus, Aparat, sampai korban atau yang mereka sebut sebagai klien.

Citra kehebatan sebuah media memang antara lain diukur dari kecepatan menyampakan informasi, pemilihan sumber berita yang mengalami peristiwa, dan tentu saja eksklusifitas, karena media yang lain tak mendapatkan sumber tersebut. Dan itu semua ada di tayangan talkshow, pada acara Apa Kabar Indonesia Pagi di TVOne pada 18 Maret 2010.

Tapi, ketika publik tahu bahwa semua itu cuma sebuah rekayasa, apakah cukup bila, kemudian TV tersebut meminta maaf atas kesalahannya? TVOne, adalah salah satu TV yang popularitasnya melesat bak anak panah. Dalam acara berita TVOne memang sangat menonjol. Tak berlebihan ketika berulang tahun ke-2 beberapa waktu lalu memasang jargon 2 tahun nomor 1.

Dengan kejadian ini, apakah nomor 1 itu bisa diartikan dalam rekayasa berita? Saya sungguh berharap tidak. Karni Ilyas, Direktur Pemberitaan TVOne, adalah seorang wartawan senior yang sangat tahu do dan don't dalam pemberitaan. Dia lebih dari sekadar mengerti tanggungjawab pers. Dia juga seorang ahli hukum, Presiden Indonesia Lawyer Club. Dia tentu sangat paham dalam UU No 32/2002 tentang Penyiaran, pasal 67 huruf d menyatakan, dilarang menyiarkan apabila bersifat fitnah, menghasut atau berbohong. Ancaman hukuman paling lama 5 tahun penjara dan denda Rp 10 miliar.

Persaingan TV memang sangat ketat, rating acara dan jumlah pemirsa adalah nafas kehidupannya. Tapi merekayasa berita untuk mendapatkan rating dan jumlah pemirsa adalah cara yang tdak saja manipulatif, tapi sungguh sangat tercela. Jika pengakuan Andris Ronaldi kepada Polisi benar, apakah masih sah TVOne mengemban misi kontrol sosial?

Tapi, sekali lagi saya sungguh berharap bahwa rekayasa itu tidak benar. Sehingga pers masih tetap kokoh mengawal demokrasi dengan fungsi kontrol sosialnya.[yusro]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar